KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI?

By Published On: 19 Januari, 2016

1452991986678Marginal-Udayana Mataram (17/01/16). Dalam rangka ulang tahunnya ke 36, Mapala Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram menyelenggarakan Gerakan Peduli Sampah di  sepanjang jalan udayana saat car free day berlangsung yang bekerjasama dengan Dinas Pertamanan dan kebersihan kota Mataram . Gerakan yang dilakukan mahasiswa ini diharapkan mampu menanamkan jiwa peduli sampah serta budaya malu untuk membuang sampah sembarangan kepada semua pengunjung car free day dan pedagang yang ada.

Kenapa harus di udayana?

mapalaUdayana merupakan suatu icon kota mataram yang harus tetap dijaga kebersihannya yang akan menanamkan kesan kepada orang luar bahwa kota mataram adalah kota yang bersih dan indah. Tetapi dengan adanya car free day ternyata berdampak sebaliknya dari tujuan di adakannya. Sampah menjadi masalah yang sangat serius. Bukan hanya kalangan anak-anak para orang tua dan pedagang pun turut berkontribusi menyumbang sampah yang berserakan di mana-mana membuat kata “kotor dan jorok” tertlintas di pikiran kita melihat pemandangan di sepanjang jalan udayana seusai car free day.

Bahrul ilmi selaku ketua MAPALA FEB menjelaskan tujuan di adakanya gerakan peduli sampah ini adalah dapat menumbuhkan kesadaran para pengunjung dan pedagang agar membuang sampah di tempatnya, agar udayana pada saat car free day tetap bersih dari sampah, seperti yang kita lihat setiap hari minggunya kegiatan car free day akan menyumbang sampah yang sangat banyak akibat ulah masyarakat dan para pedagang yang tidak bertanggung jawab. Banyak pihak yang ikut serta menjadi peserta gerakan peduli sampah ini diantaranya seluruh ORMAWA (organsasi mahasiswa) universitas mataram, MAPALA se-universitas Mataram, SISPALA (siswa pecinta alam), UKF yang ada di fakultas ekonomi dan bisnis universitas Mataram. Para peserta ini sangat antusias dalam mengikuti kegitan sampai selesai dan berhasil membuat sepanjang jalan udayana menjadi bersih. Sampah yang sudah terkumpul akan di pisahkan, sampah organic akan di salurkan kepada fakultas pertanian Univesitas Mataram atau dijual ke BLHP yang akan dijadikan peluang bisnis bagi MAPALA dan sampah yang an organic akan di berikan kepada para pemulung.

Dalam kesempatan itu juga kami jumpai Ketua BEM FEB terpilih 2016, yakni Saudara Ahmad Zaenal Wafik yang berkesempatan hadir dan turut serta dalam acara ini, Mengutip kata saudara Wafik “ Tentunya saya selaku Ketua BEM sangat mendukung acara ini karena acara ini sangat aspiratif dan memang acara yang diinginkan oleh kota mataram sendiri” tuturnya, “Harapan saya cara seperti ini tetap digalakan, berhubung sekarang mataram sedang dalam masa Darurat sampah, dengan adanya acara ini tentunya akan membuat kota mataram menjadi bersih dan bebas dari banjir” tambahnya saat kami wawancarai.

Kepala dinas Pertamanan kota Mataram, bapak H. Kemal Islam mengatakan produksi sampah terbesar berasal dari rumah tangga. Sama halnya dengan masyarakat yang berbelanja dan berjualan di car free day membuang sampah sembarangan dapat dikategorikan sampah rumah tangga, dalam rangkaian aksinya dengan para mahasiswa persoalan yang muncul adalah adanya perilaku masyarakat kota mataram maupun luar kota mataram yang menjadi pedagang dan pengunjung car free day belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, padahal tujuan di adakan car free day tersebut untuk mencegah adanya polusi bukan hanya dari kendaraan tetapi sampah dan asap rokok dari para pengunjung. Upaya-upaya pencegahan sering dilakukan pemerintah kota mataram seperti menuliskan peraturan pada papan iklan yang besar di sudut jalan udayana, dan himbauan aparat, tetapi dirasa belum mampu membuat kesadaran masyarakat muncul “Oleh karena itu perlu diadakan gerakan nyata, gerakan yang sedikit agak keras yang membuat masyarakat menjadi malu” ujarnya dengan tegas. Lantas seperti apa gerakan nyata dan sedikit keras itu?

Beliau mengatakan gerakan nyata dan sedikit agak keras adalah aksi yang sudah ia lakukan dengan para peserta gerakan peduli sampah dimana diperankan oleh  mahasiswa serta tindakan seperti spontanitas memungut sampah, ajakan, himbauan, kepada para pengunjung dan pedagang yang ada di car free day dengan berbagai macam bahasa yang dapat membuat mereka tersadar dan malu. Adapun gerakan ini memicu reaksi pengunjung dan para pedagang, ada sebagaian dari mereka turut ikut serta dalam memungut sampah yang di rasa ini adalah awal yang lebih baik dari sebelumnya tetapi terus di tingkatkan dengan tetap menjaga koordinasi dengan para mahasiswa. Beliau juga menegaskan gerakan ini akan berlanjut selama-lamanya setiap car free day. Melalui gerakan ini akan terus memotivasi masyarakat kota Mataram untuk menumbuhkan kesadaran diri dengan cara penyampaian yang santun dari aparat dan mahasiswa, jika masih tetap melakukan pelanggaran disitulah peran pemerintah yang bertindak. “intinya pemerintah tidak bisa melakukan hal ini sendiri harus ada gotong royong dan kesadaran dari masyarakat dan aparat” jelasnya.

Beliau berharap diawali dengan gerakan peduli sampah yang dilakukan ini nantinya akan mengalir kepada para pelajar dan para pelajar tersebut dapat menghimbau dan melakukan aksinya di lingkungan tempat tinggalnya, selanjutnya masyarakat akan tersadar maka bukan hanya udayana saja yang akan bersih tetapi seluruh sudut kota Mataram akan bersih. Dengan melakukan pemberdayaan masyarakat ini akan mampu menumbuhkan budaya gotong royong masyarakat kota mataram yang hilang, saling bahu membahu demi menuju kota Mataram menjadi kota metro yang bersih, aman dan indah. (Crew-Mar-G)